harapanrakyat.com,- Hingga saat ini, HIV/AIDS masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat global yang krusial, tak terkecuali di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. dr Erisanti Nurfarida, dokter di Klinik Melati RSUD Pandega menegaskan, bahwa benteng terkuat dalam menghadapi epidemi ini bukanlah sekadar obat-obatan. Melainkan edukasi yang tepat dan keberanian untuk melakukan deteksi dini.
Baca Juga: Kasus HIV/AIDS di Pangandaran Capai 205 Orang, Mayoritas Kelompok LSL
Secara medis, HIV adalah virus yang secara perlahan melemahkan sistem pertahanan alami tubuh. Erisanti menjelaskan, bahwa tanpa intervensi medis yang tepat, infeksi ini dapat bertransformasi menjadi AIDS. Sebuah fase di mana tubuh kehilangan kemampuannya untuk melawan “infeksi oportunistik” atau serangan penyakit dari luar.
“HIV bukan penyakit yang muncul secara tiba-tiba. Prosesnya bertahap dan sebenarnya bisa dikendalikan sepenuhnya jika kita mampu mendeteksinya sejak dini,” jelasnya, Kamis (18/12/2025).
Meskipun secara medis HIV belum ditemukan obat penyembuhnya secara total, dr Erisanti membawa pesan harapan. Infeksi tersebut dapat dikontrol melalui pengobatan antiretroviral (ARV) yang diminum secara rutin dan teratur. Dengan terapi yang tepat, orang dengan HIV dapat menjalani kehidupan yang sehat, tetap produktif, serta memiliki harapan hidup yang baik.
Dokter RSUD Pandega Ungkap Penghambat Utama
Lanjutnya mengungkapkan, bahwa hambatan terbesar dalam penanggulangan HIV/AIDS ternyata bukanlah keterbatasan medis. Melainkan bayang-bayang stigma dan diskriminasi yang masih kental di tengah masyarakat. Ketakutan akan dikucilkan seringkali membuat individu yang berisiko enggan untuk memeriksakan diri.
Erisanti meluruskan miskonsepsi yang berkembang selama ini. Ia menegaskan, bahwa interaksi sosial sehari-hari tidak akan menularkan virus tersebut.
Dokter RSUD Pandega ini menegaskan, bahwa HIV tidak menular melalui kontak sosial sehari-hari, seperti bersalaman, berpelukan, atau berbagi makanan. “Pemahaman yang keliru inilah yang perlu diluruskan agar masyarakat tidak lagi takut atau menjauhi ODHA,” tegasnya.
“Stigma inilah yang sebenarnya menjadi penghambat utama. Padahal, semakin cepat status diketahui, semakin besar peluang seseorang untuk menjaga kualitas hidupnya dan mencegah penularan kepada orang lain,” tambahnya.
Layanan di Klinik Melati
Sebagai bentuk nyata pelayanan publik, RSUD Pandega melalui Klinik Melati menyediakan akses pemeriksaan yang bersifat rahasia (konfidensial). dan terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama kelompok yang memiliki risiko tinggi.
Klinik tersebut tidak hanya sekadar tempat tes kesehatan, tetapi juga pusat pendampingan. Seperti Konseling Pra-dan Pasca-Tes: Memberikan pemahaman dan dukungan psikologis. Kemudian Pemeriksaan Medis Komprehensif: Menggunakan standar diagnostik yang akurat. Dan Pendampingan Pengobatan: Memastikan pasien mendapatkan akses ARV dan pemantauan kesehatan berkala.
Baca Juga:
Menutup penjelasannya, dokter RSUD Pandega ini menekankan, bahwa penanggulangan HIV/AIDS di Pangandaran memerlukan sinergi dari seluruh elemen masyarakat. Kesadaran untuk melakukan tes HIV secara sukarela adalah langkah heroik untuk memutus mata rantai penyebaran.
“Melawan HIV bukan hanya tugas tenaga kesehatan di rumah sakit. Tetapi merupakan tanggung jawab kita semua untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan sadar kesehatan,” pungkasnya. (Adi/R5/HR-Online)

2 hours ago
2

















































