Batik Hokokai Pekalongan sangat terkenal. Batik Hokokai ini memiliki sejarah di baliknya. Kini batik tersebut menjadi salah satu warisan budaya yang sangat penting. Sebagai generasi muda, sudah seharusnya melestarikan budaya Indonesia tersebut. Memahami sejarah Batik Hokokai menjadi salah satu permulaan. Dengan begitu, seseorang jadi tahu betul asal-muasal budaya mereka.
Baca Juga: Sejarah Museum Dirgantara Yogyakarta, Tempat Edukasi Sejarah Penerbangan TNI AU
Sejarah Batik Hokokai Pekalongan
Batik adalah warisan budaya Indonesia yang sudah diakui dunia. Kain batik ini terdiri dari berbagai jenis dan motif,. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki batik khas mereka sendiri. Masyarakat umumnya menggunakan batik untuk berbagai macam keperluan. Seperti mengajar, kuliah, kerja, kondangan, hingga yang lainnya. Batik sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia.
Pekalongan juga memiliki batik khas mereka sendiri. Bahkan, batik Pekalongan sudah sangat terkenal di kota Jawa lainnya. Menggunakan batik ini bermanfaat sebagai upaya melestarikannya. Batik Hokokai juga terkenal sebagai Batik Pesisir. Pola dan warna batik sangat unik dan menarik perhatian. Ternyata, pola dan warna batik mendapat pengaruh besar dari budaya Jepang dan latar belakang pola batik keraton.
Batik di Masa Penjajahan Jepang
Pembuatan Batik Hokokai Pekalongan atau Batik Pesisir ini mulai berlangsung di masa penjajahan Jepang. Dengan begitu, pembuatannya mulai dari sekitar tahun 1940-an. Pada saat itu, Jepang memesan seragam batik.
Nama Hokokai berasal dari nama sebuah organisasi Jepang pada saat itu, yakni Hokokai yang berdiri pada 8 Januari 1944. Kata Hokokai mempunyai makna Himpunan Pengabdi Rakyat yang menggantikan Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang Jepang bentuk pada tahun 1942. Pada saat itu, organisasi Hokokai memesan batik ini. Mereka memesan batik Jawa untuk dibagikan kepada para anggotanya. Jadi, para anggota organisasi saat itu menggunakan batik ini.
Buatan Seseorang Berkebangsaan Cina
Nama Hokokai memang sangat identik dengan Bahasa Jepang. Bahkan pemesannya pada saat itu banyak untuk organisasi Jepang. Namun, di balik itu ada seseoranmg bekebangsaan Cina yang membuatnya.
Baca Juga: Sejarah Museum Sangiran, Pusat Koleksi Fosil Manusia Purba di Jawa Tengah
Motif batik ini tergolong rumit dan tidak mudah untuk dibuat oleh orang yang tidak berpengalaman. Setiap motifnya memadukan berbagai aspek budaya, yaitu Indonesia, Jepang juga Cina. Proses pembuatan batik ini kebanyakan juga masih dengan teknik tradisional. Teknik tulis ini menghasilkan corak batik yang lebih natural. Harga batik tulis pun jauh lebih mahal dari batik cetak.
Jadi, keberadaan Batik Hokokai Pekalongan ini memang menjadi bukti perpaduan berbagai budaya. Meskipun mendapatkan pengaruh dari budaya lain, batik ini tetap milik Indonesia. Bahkan hingga kini penggunaannya sangat populer di Pekalongan dan kota lainnya.
Arti Motif Batik Hokokai
Motif batik Pekalongan ini sangat rumit. Tidak semua orang bisa membuatnya secara langsung. Adapun mereka perlu belajar untuk bisa menghasilkan baik berkualitas. Motif Jepang pada kain Hokokai bisa terlihat dari motif bunga Sakura atau bunga Krisan. Bunga ini sangat dominan pada batik pesisir. Bunga-bunga ini merupakan motif yang terpengaruh dari Jepang.
Sementara itu, unsur Cina pada Batik Hokokai berasal dari kisah percintaan Dinasti Tang di tahun 618-907. Kisah percintaan tersebut digambarkan dengan motif Sam Pek Eng Tay pada kain. Itulah kenapa, corak batik ini sangat rumit. Selain itu, warna batik juga memiliki arti tertentu. Batik Hokokai identik berwarna cerah dengan penggabungan dua motif beda warna pada satu kain.
Ternyata, motifnya berdasarkan waktu, yakni batik pagi dan batik sore. Alasannya karena pada zaman dulu, batik ini banyak masyarakat dari kalangan kurang mampu gunakan. Hal tersebut membuat para penggunanya harus menghemat kain mori sebagai bahan pembuatan kain batik.
Motif pagi dan sore dengan motif rumit bertujuan untuk menghindari perampasan oleh penjajah Jepang. Pada saat itu para penjajah sering mengambil kain tanpa membayar kepada pembuatnya. Pengerjaan yang lama membuat orang Jepang jadi lupa merampas sehingga pengusaha batik bisa menjual kainnya.
Baca Juga: Sejarah Museum Perjuangan Yogyakarta, Bangunan Peringatan 50 Tahun Kebangkitan Nasional
Sejarah Batik Hokokai Pekalongan ini berhubungan dengan sejarah Indonesia. Setiap motif dalam batik memiliki pengaruh dari budaya yang ada pada saat itu. Pengaruh budaya lain tidak mempengaruhi status batik ini sebagai budaya Indonesia. Untuk itu, para generasi selanjutnya harus selalu melestarikan batik ini agar tidak dirampas negara lain. (R10/HR-Online)